Pages

Tuesday, March 13, 2012

cara memilih jurusan yang tepat

Anda lulus Ujian Nasional dengan hasil gemilang masih banyak tantangan yang  menghadang kita seperti merencanakan dan menentukan langkah selanjutnya.  Apakah mau masuk perguruan tinggi, jurusan apa yang dipilih, dsb. Bagi anak  yang sudah mengetahui apa bakat dan minatnya dan terbiasa mengambil  keputusan sendiri, tidak banyak mengalami kendala dalam memilih jurusan.
Masalahnya di masa ini banyak siswa SMA yang sulit ambil keputusan karena  tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi  dirinya, tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri bahkan untuk hal-hal  yang terkait dengan kepentingannya, sehingga bingung ketika harus memilih  jurusan dan perguruan tinggi.
Belum lagi gaya ikut-ikutan teman agar ketika  kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal, atau juga karena mengikuti  pacar. Kebingungan siswa ada pula yang disebabkan sikap orang tua yang  memaksakan anak memilih jurusan yang ditentukan orang tua, bukan kemauan dan  minat anaknya. Dampak Dari Salah Memilih Jurusan Banyak orang berpandangan,  pilihlah jurusan yang gampang (gampang masuk dan gampang lulus), supaya  gampang dapat pekerjaan dan gajinya besar, regardless sesuai minat atau tidak.
 
Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu  jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Dalam memilih jurusan, siswa perlu  memperhitungakan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat,  kepribadian, dll. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan  terhadap kehidupan anak di masa mendatang. Apa saja dampaknya ? Problem  psikologis Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan,  merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan  kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu  akan sulit dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah,  sebal, sedih, itu semua sudah memblokir efektivitas kerja otak dan  menghambat motivasi. Anak kemungkinan akan berusaha setengah mati supaya  hasilnya baik, but at the cost of his/her being. Dia mengabaikan panggilan  hidupnya, perasaannya, demi orangtua. Kepahitan dan kegetiran, marah,  penyesalan dan penasaran bisa jadi membayangi setiap langkah hidup anak.  Akan tambah sedih lagi ketika dia melihat teman-temannya bisa berbahagia di  atas kehidupan yang mereka pilih sendiri. Kalau anak yang dari keluarga  berduit, bisa saja dengan mudahnya pindah kuliah, tapi buat mereka yang  ekonominya pas pas-an, ini bisa menjadi dilemma berat. Kalau tidak ikut  saran orang tua, anak merasa bersalah karena orang tua sudah susah-susah  membiayai kuliah, tapi kalau mengikuti kehendak orang tua, anak tertekan  karena mengabaikan panggilan jiwa.
 
Memilih jurusan sesuai dengan saran teman atau trend, padahal tidak sesuai dengan minat diri juga punya dampak  psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah semakin  bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan. 
Problem akademis Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil  pilihan, seperti prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah  yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi,  kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar,  dan buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah  memilih jurusan bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran.  Kalau makin sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin  tidak suka dengan perkuliahannya akhirnya makin sering bolos. Padahal,  tingkat kehadiran mempengaruhi nilai. Problem relasional Salah memilih  jurusan, membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak  mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan,  ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia menjaga  jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih  senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya  diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari  inferioritas di pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia  berusaha tampil hebat di lingkungan sosial dengan cara missal, mendominasi, mengintimidasi anak yang dianggap lebih pandai, dsb.
 
Bagaimana Memilih  Jurusan Agar Tepat? Memilih jurusan pada dasarnya merupakan sebuah proses  yang sudah dimulai sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman  apa saja yang diberikan pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten,  itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak  dan luas exposure-nya, makin anak tahu banyak tentang dirinya, tapi makin  sedikit exposure nya, makin sedikit juga pengetahuan anak tentang dirinya.  Menurut Gunadi et al (2007), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan  dalam melakukan pemilihan jurusan agar jurusan yang dipilih tepat, yaitu:  Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati. Sebelum  memilih jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detil, mulai  dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya,  komunitas sosialnya, kegiatan kampusnya, biaya, alternative profesi kerja,  kualitas alumninya, dsb.Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan  salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir. Anak perlu  tahu realitanya, bahwa jurusan yang dipilih tidak menjamin kesuksesan masa  depannya. Jangan dikira bahwa dengan kuliah di jurusan tersebut maka  hidupnya kelak past sukses seperti yang di iklankan.
 
Jurusan yang dipilih  sebaiknya sesuai dengan kemampuan dan minat siswa yang bersangkutan. Jika  seorang siswa memilih jurusan sesuai dengan kemampuan dan minatnya, maka  dirinya akan mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama  kuliah, namun jika dirinya tidak memiliki kemampuan dan minat dalam jurusan  yang dipilih, bisa mempengaruhi motivasi belajar seperti yang telah  dijelaskan di atas. Berpikiran jauh ke depan melihat konsekuensi dari setiap  pilihan, apakah mampu menjaga komitmen dan konsekuensi kerja sebagai akibat  dari pilihan itu? Di setiap pilihan pasti ada konsekuensi profesi, jangan  sampai ingin punya status tapi tidak ingin menjalani konsekuensinya. Jangan  sampai ingin jadi dokter tapi tidak siap mendapatkan panggilan mendadak  tengah malam dari pasiennya; ingin jadi tentara tapi takut berperang; ingin  jadi guru tetapi tidak sabar / tidak senang disuruh menghadapi anak murid.  Jadi, kalau sudah punya cita-cita, siapkan mental, fisik dan komitmen untuk  mau belajar menghadapi tantangannya. Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai  dengan cita-cita anak. Setiap anak pasti memiliki cita-cita. Jika anak  bercita-cita menjadi psikolog maka sebaiknya memilih jurusan psikologi bukan  jurusan sosiologi atau yang lainnya. Jika ingin menjadi dokter, ya harus  mengambil kuliah kedokteran. Pelajari bidang studi yang mempunyai beberapa  proses. Misalnya, anak kelak ingin menjadi dokter bedah, maka terlebih  dahulu harus menjalani kuliah di kedokteran umum.
 
Menyiapkan beberapa  alternatif. Alangkah baiknya jika anak memiliki lebih dari satu alternative  untuk menjaga jika dirinya tidak masuk di alternative pertama, maka masih  ada kesempatan di alternative berikutnya. Pemilihan alternative studi harus  pun diupayakan yang masih sesuai dengan minat dan kemampuan anak, bukan  karena pilihan yang paling besar kemungkinan diterima padahal tidak sesuai  minat. Mengoptimalkan peran sekolah, guru dan guru Bimbingan Konseling  Dukungan bagi anak selain dari orang tua, juga di peroleh dari guru di  sekolah, baik guru kelas, guru mata pelajaran maupun guru bimbingan  konseling. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pihak guru untuk  membantu mengarahkan anak didik mereka kelak dalam menentukan pilihan bidang  studi / jurusan : Mengamati dan mencermati perkembangan kemampuan  intelektual murid. Kemampuan intelektual sangat penting di masa kuliah, agar  mudah menangkap materi dan meminimalisir hambatan yang berat. Kemampuan  intelektual ini biasanya dapat dilihat dari prestasi belajarnya selama di  sekolah mulai dari catur wulan awal. Guru kelas bekerja sama dengan guru  bimbingan konseling memonitor perkembangan anak didik agar masalah yang  terjadi di tengah jalan dapat di tangani sebelum menjadi masalah yang berat.  Memberikan tes minat bakat menjadi salah satu cara untuk mengeksplorasi  minat dan bakat anak. Tes minat bakat biasanya dilakukan ketika anak masih  belum dapat memutuskan ke mana minat dan bakatnya sementara banyak  alternative jurusan yang dapat dia pilih.
 
Memberikan penjelasan pada orang  tua mengenai pemilihan jurusan dan bentuk dukungan untuk anak. Sejak awal  mula sekolah, para guru bisa menghimpun para orang tua untuk ikut mencermati  kemampuan, minat, bakat anaknya supaya baik orang tua bisa berpartisipasi  dalam mengarahkan anak memilih jurusan yang tepat. Memberikan bimbingan pada  anak didik untuk tetap tekun dalam masa kuliah, mampu mendorong / memotivasi  diri sendiri serta mampu melawan virus-virus kebosanan yang muncul.  Menyiapkan mental anak didik dalam berbagai bentuk latihan dan tempaan, agar  mereka tidak hanya siap materi namun juga siap mental menghadapi tekanan dan  tantangan yang akan dihadapi. Sejak awal, peran sekolah ini sangat penting  karena pola pikir, minat, prestasi anak sedikit banyak dipengaruhi oleh apa  yang ia peroleh di sekolah dan juga apa yang terjadi di sekolah. Misalnya,  kalau sekolah itu berkualitas dan berprestasi, maka anak pun akan memilih  yang berkualitas, bukan yang sekedarnya atau seadanya. Apalagi, kalau  sekolah tersebut perlunya kerja sama dengan lembaga pendidikan lain, atau  perguruan tinggi yang berkualitas baik di dalam maupun di luar negeri, hal  ini membuat anak punya benchmark universitas maupun target pilihan jurusan  yang tinggi.
 
Jika pihak sekolah punya standard kualitas mutu yang tinggi,  maka biasanya para guru juga akan mendorong anak didik mereka untuk mencapai  target yang tinggi (berkualitas) misalnya supaya bisa diterima di beberapa  perguruan tinggi yang dikenal terbaik dalam beberapa jurusan. Mengoptimalkan  dukungan Orang Tua Peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak  menentukan pilihan dan jalan hidup mereka. Itu sebabnya, sering dikatakan  bahwa pada saat anak tumbuh remaja, posisi orang tua bukan lagi orang tua  seperti dulu tapi lebih sebagai teman. Orang tua bisa menjadi tempat curhat  dan konsultasi yang nyaman, tanpa harus cemas kalau-kalau mereka tidak punya  hak suara. Di atas telah dijelaskan dampak psikologis, akademis dan sosial  kalau orang tua lah yang menentukan pilihan tanpa melihat minat dan bakat  anaknya sendiri. Apalagi, dengan referensi informasi yang mungkin sekali  lebih terbatas dari anaknya, jangan sampai orang tua merasa pendapatnya  paling benar padahal pendapatnya berdasarkan informasi yang sudah  kadaluwarsa, tidak up to date lagi. Selain itu, orang tua juga perlu  mengevaluasi motivasi dan ambisi nya masing-masing, karena tanpa sadar orang  tua mengarahkan anak untuk menyelesaikan keinginan dan ambisi tak  sampainya di masa lalu. Padahal, anak itu bukanlah parent's extension. 
Dipastikan saja, bahwa pilihan anak bukanlah karena ambisi orang tua, atau  karena kecemasan dan cara berpikir yang keliru dalam mempersepsi masa depan  anak. Misalnya, anak memilih jurusan sastra karena mampu dan sesuai minat,  tapi tidak disetujui orang tua karena menurut mereka, akan susah cari kerja.  Orang tua perlu memastikan saja, apa motivasi anak memilih jurusan yang dia  inginkan. Mengajak anak menganalisa motivasi dan alasan, akan lebih  menguntungkan karena anak akan mencoba menerapkan cara berpikir analitis  yang serupa ketika memilih dan memilah jurusan yang lain. Ajak anak untuk  mencari contoh kongkrit (orang yang sudah lebih dahulu kuliah dan atau  kerja) dari dampak salah memilih karena sebab-sebab tertentu, misalnya :  pengaruh teman, suruhan orang tua, asumsi yang keliru.
 
Alangkah baiknya jika  orang tua bisa membantu anak mencari informasi mengenai sekolah-sekolah yang  berkualitas dan membiarkan anak melihat plus minusnya secara kongkrit.  Diskusikan secara terbuka factor apa saja yang jadi potensi kendala dan  bagaimana strategi solusinya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang  terbuka dan positif, anak merasakan dukungan dan komitmen orang tua,  sehingga anak pun diharapkan tergugah untuk menjaga komitmen dan  keseriusannya terhadap pilihan studinya. Mengoptimalkan peran social network  Punya banyak teman dan luasnya jaringan sosial bisa memberikan keuntungan  positif. Baik orang tua maupun anak bisa saling bertukar informasi dengan  yang lain mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pilihan studi.Kalau  mencari sendiri butuh waktu yang lama, maka kalau saling bertukar informasi,  tentu akan lebih efektif dan efisien. Namun yang perlu diingat adalah bahwa  orang tua tetap harus obyektif dan rasional, karena salah-salah jadi mudah  terpengaruh dan terikut pendapat orang yang belum tentu benar. Yang kita  cari adalah informasi faktual bukan gossip-nya. Tak dapat dipungkiri bahwa  untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan pertimbangan yang matang serta  kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Seiring dengan  eksplorasi minat dan bakat, anak pun perlu di arahkan untuk menjadi pribadi  yang bertanggung jawab atas pilihannya. Anak perlu diajarkan untuk mandiri  dan mampu memotivasi diri sendiri, disiplin, dan serius belajar sebagai  perwujudan dari komitmen atas pilihan hidupnya. Jika menjumpai kendala,  tidak mudah putus asa apalagi berhenti di tengah jalan atau ganti haluan.  Semoga dengan pembahasan ini dapat memberi manfaat.  

No comments:

Post a Comment